Belajar dan Beraktivitas Seru di Kenormalan Baru
Lugduno Batava Praesidium Libertatis adalah slogan Universitas Leiden dalam bahasa Latin yang kurang lebih bermakna "Leiden adalah bastion kebebasan". Universitas yang didirikan pada tahun 1575 ini adalah "tropi" yang diberikan oleh Willem van Oranye karena jasa masyarakat Leiden membebaskan kota tersebut dari pendudukan Spanyol.
Belajar Mengajar: Apakah jarak jadi masalah?
Hampir empat setengah abad kemudian, kebebasan masih menjadi nilai utama yang dijunjung tinggi oleh Universitas Leiden. Namun, akhir-akhir ini wabah Covid-19 merampas kebebasan manusia untuk beraktivitas, bersosialisasi, dan belajar. Ketika dunia sedang begitu membelenggu, bagaimana cara universitas Leiden menjamin kebebasan civitas akademikanya untuk belajar dan bersosialisasi?
Pembelajaran tatap muka oleh Universitas Leiden adalah sebuah aktivitas yang telah lama menjadi denyut nadi kota Leiden dan Den Haag. Mahasiswa-mahasiswa yang bersepeda menuju kampus, perbincangan sambil meminum kopi sebelum kelas dimulai, hingga perayaan kelulusan adalah pemandangan yang sangat umum. Khusus perayaan kelulusan, ucapan selamat tidak hanya akan datang dari para kolega tetapi juga dari penduduk ramah di penjuru kota!
Ketika wabah Covid-19 memaksa pembelajaran diadakan secara online, tidak hanya mahasiswa yang merasakan kegalauan. Penduduk kota pada umumnya turut merasa kehilangan. Sebelum pandemi, universitas Leiden telah menuntut mahasiswa untuk belajar secara mandiri. Dosen dikelas lebih banyak memberikan stimulasi berpikir dibandingkan ceramah satu arah.
Mahasiswa tentu akan menerima daftar literatur, namun mereka ditutut untuk selalu haus membaca dan mencari bacaan lain yang relevan di perpustakaan fakultas ataupun perpustakaan universitas, yang memiliki panggilan akrab UB (Universiteit Bibliotheek).
Kemandirian yang ditanamkan sejak lama membuat perkuliahan online tak mengurangi kualitas pembelajaran secara umum. Universitas Leiden juga sangat cekatan dalam menangani problem-problem di sekitar pembelajaran online. Sebagai contoh, universitas memiliki layanan pengaduan teknis, layanan konseling untuk masalah psikologis yang ditimbulkan oleh perasaan terisolasi, hingga izin untuk menempati sebuah ruangan di kampus jika kondisi rumah dianggap "tidak sehat" untuk kegiatan belajar. Semua layanan konsultasi diberikan dalam bahasa Inggris. Pada kondisi tertentu, pelayanan dalam bahasa Indonesia mungkin sekali diberikan.
Skenario di sekitar pembelajaran tatap muka
Sejak bulan Juni 2021, Universitas Leiden telah percaya diri untuk memulai (kembali) perkuliahan tatap muka. Keputusan yang diambil tentu sejalan dengan kebijakan pemerintah yang memang telah melonggarkan beberapa pembatasan terkait Covid-19. Sesuai rencana yang disampaikan oleh universitas, perkuliahan tatap muka akan berlangsung seperti sediakala. Protokol kesehatan, seperti menjaga jarak 1.5 meter, larangan berkerumun, dan mengisi formulir kesehatan kampus, dapat diterapkan jika diperlukan.
Kalaupun pemerintah kembali menerapkan kebijakan pengetatan, perkuliahan tatap muka tidak langsung dibatalkan seluruhnya. Alternatif pertama dari kuliah tatap muka adalah hybrid teaching atau kuliah campuran. Sejak akhir tahun 2020, universitas Leiden telah menerapkan perkuliahan yang menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan online. Sebuah kamera wide-view dioperasikan di kelas dan akan merekam jalannya perkuliahan serta mempermudah interaksi "mahasiswa online"dengan pengajar atau rekannya yang secara fisik hadir di kelas. Pengelola perkuliahan akan menjamin semua mahasiswa untuk mendapatkan giliran hadir secara fisik, selama yang bersangkutan berada di Belanda dan dalam keadaan sehat.
Jika pembatasan ketat (lockdown) diterapkan, perkuliahan akan dialihkan secara keseluruhan menjadi perkuliahan online. Semua penyesuaian kebijakan terkait kuliah akan diumumkan via email atau website serta media sosial universitas/fakultas. Pada semua bentuk kuliah, akses literatur di perpustakaan baik fisik maupun digital sangatlah membantu pembelajaran. Berkenaan dengan koleksi perpustakaan universitas yang begitu lengkap, terdapat ungkapan "jangan bertanya apa yang ada di perpustakaan universitas Leiden" tetapi "tanyalah apa yang tidak ada."
Kehidupan Mahasiswa
Orang Belanda secara umum dikenal sebagai pekerja dan pelancong yang profesional. Bekerja, belajar, berlibur dan istirahat diagendakan secara rapi dan sebisa mungkin tidak saling mengganggu. Hal ini namapak pula pada kebiasaan para mahasiswa yang sangat efisien ketika belajar namun sangat lepas ketika bersenang-senang.
Di hari-hari perkuliahan, mahasiswa akan menempati segala penjuru kampus untuk belajar mandiri maupun berkelompok. Kampus-kampus universitas Leiden sangat memfasilitasi gaya belajar ini. Selasar gedung, taman kecil, meja kantin dan tentunya perpustakaan memiliki banyak ruang yang bisa digunakan untuk belajar. Kampus universitas Leiden dibuka tujuh hari seminggu. beberapa lokasi belajar seperti perpustakaan universitas dapat dikunjungi hingga jam dua belas malam.
Selama masa pandemi, universitas berupaya untuk tidak membatasi kebiasaan ini. Sebagai alternatif, mahasiswa harus memesan tempat-tempat belajar mandiri secara online sebelum menggunakannya. Agar semua orang mendapatkan kesempatan yang sama, penggunaan lokasi belajar tersebut dibatasi maksimal empat jam. Per Juni 2021, kebijakan reservasi ini hanya berlaku di perpustakaan.
Setelah hari perkuliahan berakhir, hari bersenang-senang dimulai. Tidak melulu soal pesta, hiburan dikalangan mahasiswa universitas Leiden sangat beragam. Beberapa memilih untuk mengelilingi kota dengan berjalan kaki atau bersepeda, beberapa lain akan menjelajah ke kota atau bahkan negara lain. Museum dan galeri, termasuk yang menyimpan koleksi dari Indonesia, bertebaran dipenjuru negeri. Taman-taman selalu nyaman untuk berpiknik. Berolahraga di fasilitas milik universitas tentu merupakan pilihan yang menyehatkan. Belanja, bagi beberapa orang, juga dapat menurunkan tensi akibar belajar.
Hampir semua kegiatan refreshing ala mahasiswa terdampak oleh pandemi. Ketika lockdown diterapkan, terdapat setidaknya dua bentuk kegiatan berhibur yang bertahan: berkeliling kota dan menikmati teduhnya pepohonan di taman. Namun, per Juni 2021, semua bentuk kegiatan refreshing diatas telah diizinkan kembali.
Berorganisasi juga merupakan aktivitas diluar kuliah yang populer di kalangan mahasiswa. Universitas Leiden memiliki banyak klub yang dibentuk berdasarkan kesamaan hobi, isu yang diperjuangkan, hingga latar kebangsaan.
Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI)
Sejak tahun 1922, mahasiswa Indonesia di Universitas Leiden telah membentuk cikal bakal dari Perhimpunan Pelajar Indonesia di Leiden (PPI Leiden). Organisasi ini didapuk sebagai PPI paling tua di dunia dan pernah diawaki oleh bapak dan ibu bangsa di awal pendiriannya. Nama-nama seperti Muhammad Hatta dan Sutan Syarir pernah mengurus organisasi ini.
Pada perkembangannya, selain aktif menyuarakan sikap dan menawarkan solusi atas permasalah di tanah air, PPI Leiden adalah wadah berkumpul mahasiswa Indonesia yang cepat rindu atas tanah airnya. PPI Leiden dikenal pula atas program kerjanya yang fokus pada pemeliharaan kepekaan sosial, kepedulian sosial, kepedulian politik, dan kecintaan pada kebudayaan Indonesia.
Bagi mahasiswa universitas Leiden yang berkuliah di Den Haag, PPI Den Haag dan PPI kota Den Haag juga memiliki fungsi, visi dan misi yang sejalan dengan PPI Leiden. Dalam kondisi pandemi, PPI bertugas di garis depan untuk memonitor dan menangani persoalan kesehatan, psikologi hingga finansial para anggotanya. Aktif di PPI bukanlah kewajiban, namun merupakan panggilan yang perlu dijawab.
Teks: Satrio Dwicahyo (Sejarawan & Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Leiden 2019-2020)